Monday, 10 October 2016

Kisah Drona



Drona merupakan salah satu tokoh pewayangan dalam kisah mahabarata. Ia lahir di kota yang sekarang disebut Dehradun (dehradon atau guci tanah liat) dalam keluarga Brahma dan merupakan putera dari pendeta Bharadwaja.

            Drona digambarkan sebagai orang yang berjanggut, bermata sipit, berpakaian seperti pedeta. Drona memiliki watak tinggi hati, congkak, sombong, bengis, tetapi memiliki kecerdikan dan kecapakan juga memiliki kesaktia yang luar baisa serta sangat mahir dalam berperang. Karena kesaktian dan kemahirannya dalam hal militer.

Drona dalam masa mudanya hidup dalam kemiskinan, dan mengisi waktunya untuk belajar agama dan militer bersama dengan Drupada, pangeran dari kerajaan Panchala Drona juga diajarkan ilmu militer oleh parasurama. Drupada sendiri merupakan teman masa kecil dari Drona. Pada masa kecil Drupada pernah menjanjikan Drona setengah dari kekayaan jika Ia diangkat menjadi raja Panchala. 

Drona menikah dengan Krepi, adik Krepa, guru dari kerajaan Hastinapura. Dari hasil pernikahan mempunyai putera bernama Aswatama. Karena demi memenuhi kebutuhan hidup keluarganya Drona berusaha ingin terbebas dari kemiskinan dan teringat pada janji Drupada. Kemudian ia memohon pertolongan kepada Drupada. Tetapi sang raja mengingkari janjinya dan memperlakukan Drona dengan semena-mena. Dan timbul rasa dendam pada dirinya.

Drona berangkat ke Hastinapura dengan harapan dapat mendirikan sekolah seni militer bagi para pangeran muda dengan meminta pertolongan Raja Dretarastra. Pada suatu hari, ia melihat para Korawa dan Pandawa yang sedang mengelilingi sumur. Ia bertanya kepada mereka tentang apa yang terjadi, dan Yudistira, si sulung, menjawab bahwa bola mereka jatuh ke dalam sumur dan mereka tidak mengerti cara mengambilnya kembali.

Drona tertawa, dan menasihati mereka karena tidak mampu menghadapi masalah yang sepele. Yudistira menjawab bahwa jika Sang Brahmana (Drona) mampu mengambil bola tersebut maka Raja Hastinapura pasti akan memenuhi segala keperluan hidupnya. Pertama Drona melempar cincin kepunyaannya, mengumpulkan beberapa mata pisau, dan merapalkan mantra Weda. Kemudian ia melempar mata pisau ke dalam sumur seperti tombak. Mata pisau pertama menancap pada bola, dan mata pisau kedua menancap pada mata pisau pertama, dan begitu seterusnya, sehingga membentuk sebuah rantai. Perlahan-lahan Drona menarik bola tersebut dengan tali.

Dengan keahliannya yang membuat Para Korawa dan Pandawa sangat terkesima, Drona merapalkan mantra Weda sekali lagi dan menembakkan mata pisau itu ke dalam sumur. Pisau itu menancap pada bagian tengah cincin yang terapung kemudian ia menariknya ke atas sehingga cincin itu kembali lagi. Karena terpesona, para bocah membawa Drona ke kota dan melaporkan kejadian tersebut kepada Bisma, kakek mereka.

Bisma segera sadar bahwa dia adalah Drona, dan dengan keberaniannya telah memberi contoh, Bhisma kemudian menawarkan agar Drona mau menjadi guru bagi para pangeran Kuru dan mengajari mereka seni peperangan. Kemudian Drona membangun  sekolah di dekat kota, dimana para pangeran dari berbagai kerajaan di sekitar negeri datang untuk belajar di bawah bimbingannya.

Saat para Korawa dan Pandawa menamatkan pendidikannya, Drona menyuruh agar mereka menangkap Raja Drupada yang memerintah Kerajaan Panchala dalam keadaan hidup-hidup. Duryodana, Dursasana, Wikarna, dan Yuyutsu mengerahkan tentara Hastinapura untuk menyerang Kerajaan Panchala, sementara Pandawa pergi ke Kerajaan Panchala tanpa pasukan perang. Arjuna menangkap Drupada serta membawanya ke hadapan Drona. Drona sesuai janji Drupada pada masa mudanya,  mengambil separuh dari wilayah kekuasaan Drupada, dan separuhnya lagi dikembalikan kepada Drupada.

Drupada tidak bisa menerima perlakuan Drona. Dengan dendam membara, Drupada melaksanakan persembahan agar dianugerahi seorang putera yang akan membunuh Drona dan seorang puteri yang akan menikahi Arjuna. Maka, lahirlah Drestadyumna, yang nantinya akan menjadi pembunuh Drona dalam perang Bharatayuddha.

Drona meninggal di tangan Drestaymma yang merupakan kakak drupadi dengan memenggal kepalanya saat perang Bharatayuda berlangsung.

No comments:

Post a Comment

About Us

Recent

Random