Sabtu 26 Juni 2016 keluarga kami berencana pergi tamasya ke salah satu
pantai di Banten. Sehari setelah lebaran tepatnya hari jum’at tanggal 7 Juli
2016, ba’da maghrib kami menyiapkan barang – barang yang akan kami bawa. Kami
berangkat jam 21:00 malam dengan kendaraan milik bibi saya, kami sengaja
berangkat malam untuk menghindari kemacetan. Berangkat dari Bogor dengan
perkiraan waktu 3-4 jam sampai tujuan. Dijalan cukup lancar, sehingga cepat
sampai tujuan. Sekitar jam 12 malam kami keluar dari tol. Sesampainya di
wilayah pesisir Banten, deburan ombak mulai terdengar dan jalanan cukup sepi.
Saat itu kami belum
memutuskan akan pergi ke pantai mana. Karena terdapat banyak pantai di wilayah
Banten. Kami melakukan survey malam itu juga, jadi setiap pantai yang kami
lewati yang terlihat cocok, kami survey dengan kriteria ombak yang tidak
terlalu besar dan berpasir bersih. Jika tempat tersebut dari luar terlihat
cocok, mobil kami berhenti dan paman saya yang mensurvey lokasi sambil membawa
senter. Sekitar 4 tempat yang kami survey tetapi tidak memenuhi kriteria yang
kami inginkan. Sehingga paman saya mengusulkan ke pantai carita, pantai paling
ujung wilayah Banten.
Jam menunjukan pukul
12:30 dini hari, sekitar 20 km akan sampai terjadi kemacetan di jalan.
Penasaran bercampur bingung dan mobil kami semakin dekat dengan sumber
kemacetan, terlihat cahaya biru yang sangat terang dan menyilaukan. Ternyata
ada kecelakaan, sebuah bus tergelincir di jalan, hal ini mengakibatkan jalan
macet selama hampir 1 jam. Walau dini hari, tetapi cukup banyak kendaraan yang
melintas yang menuju lokasi pariwisata atau untuk menyebrang ke Sumatera. Tidak
lama kemudian bus tersebut berhasil di tarik dan kemacetan berhasil di atasi,
untung saja ada polisi yang selalu siap sedia.
Semakin dekat dengan
tujuan, semakin ramai di jalan. Tidak sedikit mobil dengan plat nomor Jakarta
yang terlihat. Melihat kondisi seperti ini membuat paman saya khawatir akan
kemacetan yang terjadi saat kami pulang. Karena tidak mau mengambil resiko,
mobil kami putar arah dan memutuskan pergi ke salah satu pantai yang telah kami
survey sebelumnya. Kami tiba di tempat tujuan sekitar pukul 02:00 dini hari,
harga tiket masuk Rp.75.000 per mobil dan segera mencari tempat parkir. Di
tempat parkir terlihat cukup banyak mobil dan bus pariwisat. Kami parkir dekat
dengan sebuah saung.
Setelah turun dari
mobil bibi saya menggelar tikar dan menyewa saung tersebut. Kami langsung makan
setelah itu dikarenakan cukup lama di jalan membuat kami lapar. Kami makan
bersama, dengan makanan khas sunda dengan penerangan yang seadanya saat itu.
Kami menggunakan lampu mobil dan sebuah lampu emergency yang tidak terlalu
terang. Setelah kenyang, taklama setelah itu saya langsung tidur. Dengan
beralaskan tikar saya tidur bersama 2 paman saya. Walau suara ombak sangat
kecang tetapi kami dapat tidur dengan nyenyak.
Dekat saung ada pohon
yang cukup tinggi dengan daun yang tidak lebat, sambil memandang ke langit,
terlihat cahaya bintang dan pohon tersebut terlihat indah. Saya bangun sekitar
jam 05:00 kemudian sholat subuh ke masjid yang tidak jauh dari pantai. Pagi itu
ombak masih cukup besar, terlihat beberapa orang sedang memancing.
Setelah sholat subuh
kami bercanda ria, sambil duduk di tepi pantai dengan pasir pantai yang halus, dengan
suara deburan ombak, dan debrish air laut membuat perasaan begitu tenang dan
nyaman. Waktu menunjukan pukul 06:00 ombak mulai tenang, orang-orang mulai
berdatangan dan menikmati asyiknya bermain air di pantai. Tak lama kemudian
saya mengajak sepupu saya ke tepi. Kami bermain cukup lama, entah kenapa sangat
asyik rasanya, padahal kami hanya bermain di tepian. Saat agak lelah saya
istirahat sebentar di sebuah saung.
Melihat terdapat
penyewaan ban, saya tertarik untuk menyewa 1 buah, dengan harga Rp. 15.000 per
buah, kami dapat memakai sepuasnya. Ban yang saya maksud adalah ban dalam truk
besar. Karena ukuran bannya besar, muat untuk 2 orang, saya dan sepupu saya
memakainya bersamaan. Kami langsung membawanya kebagian tengah yang agak dalam,
sekitar 1.5m. Dengan adanya ombak laut kami agak kesulitan untuk menaikinya.
Sempat sewaktu itu kami terbalik saat menaiki bannya, sehingga air laut masuk
kedalam hidung. Perih dan sakit rasanya. Kami terus bermain hingga tengah hari.
Semakin siang ombak
semakin tinggi dan semakin sering datang, tetapi masih dalam batas wajar. Adzan
dzhuhur berkumandang, kemudian kami sholat. Setelah itu kami makan siang
bersama. Setelah beberapa menit setelah makan, saya langsung bermain lagi.
Cara kami bermain
adalah dengan membawa ban ke tengah dan menaikinya sambil menunggu ombak datang.
Bila posisi kami terlalu dekat dengan tepi, kami akan terhempas hingga ke bibir
pantai dikarenakan ombak cukup tinggi sekitar 2m. Bila kita menjauh dari bibir
pantai, ombak laut tersebut hanya berupa gelombang dan tidak menghempaskan, sama
halnya seperti suatu kapal menerjang gelombang. Sewaktu itu 1 atau 2 kali kami
terhempas hingga berguling sampai ke bibir pantai. Tetapi walau seperti itu,
hal ini seru dan menyenangkan.
Di pantai tersebut
terdapat pembatas antara pantai dan laut dalam. Bila ada orang yang melewati
pembatas tersebut, penjaga pantai langsung memperingatinya dengan meniup
peluit. Jadi saya menjaga batas aman antara bagian tengah dan pembatas. Saat
paman saya istirahat, ia menitipkan ban yang ia sewa kepada saya. Jadi saya dan
sepupu masing-masing memiliki 1 buah ban. Saya membawanya ke tengah dan
menaikinya, kemudian saya mencoba untuk rileks dan memejamkan mata, sungguh
enak rasanya bersantai sambil terombang ambing ombak laut. Setelah merasa
bosan, saya membawa ban tersebut ke pinggir dan mengembalikannya kepada paman. Kemudian
saya menghampiri sepupu saya yang berada di bagian tengah. Sedikit lagi akan sampai,
terlihat ombak yang cukup tinggi datang, saya perkirakan tinggi ombak tersebut
sekitar 3m. Saya panik dan langsung bergegas menghampiri sepupu saya karena
tidak ada waktu lagi untuk berlari ke bibir pantai. saya sampai dan langsung
memegang erat bannya. Kemudian sepupu saya berkata ombak yang datang sangat
tinggi, kalau kita tetap disini kita akan terhempas. Kami berdua langsung
bergegas mendekati ombak besar tersebut. Tetapi orang-orang yang berada di
pinggir dan bagian tengah juga ikut panik saat melihat ombak tersebut dan
berlari ke bibir pantai untuk menghindari ombak besar ini. Tetapi kami
terlambat, padahal sedikit lagi kami berada dalam batas aman. Benar saja ombak
tersebut sangat tinggi, saya langsung memegang erat ban. Saya sangat takut saat
itu dan memikirkan hal-hal aneh.
Kami berdua terhempas
sangat kencang hingga berguling-guling dalam hempasan ombak, entah berapa kali
saya berguling, saya tidak sadar hingga tiba-tiba saya berada di tepi pantai
yang jaraknya sekitar 4-5m dari bibir pantai. Air laut masuk kedalam hidung
saya. Perih, sakit dan pusing. Saya tercengang terhadap apa yang barusan terjadi. Orang-orang
yang terkena hempasan juga merasakan hal yang sama. Sungguh pengalaman yang
luar biasa. Setelah saya sadar sepenuhnya saya mencari sepupu saya. Wajah
sepupu saya pucat, matanya merah dan mengeluh pusing. Saya lansung mengajak
sepupu saya menjauhi tepi pantai.
Setelah beberapa menit
setelah itu saya tidak sengaja melihat luka di tangan. Tangan saya tergores dan
luka goresannya cukup lebar dan dalam. Tangan saya langsung perih, padahal
sebelum saya melihat lukanya, saya tidak merasakan apa-apa. Saya termenung dan
memikirkan benda apa yang menyebabkan luka tersebut. Kemudian saya teringat
saat berguling dalam air pentil ban yang menyebabkan goresan di tangan saya.
Saya langsung menghiraukan hal ini, karena akan semakin sakit bila dipikirkan.
Tidak lama kemudian suara gemuruh terdengar sangat kencang. Ternyata suara
tersebut berasal dari ombak besar lain. Saya langsung berlari dan ingin
melihatnya dari dekat. Saya tercengang untuk kedua kalinya karena ombak
tersebut lebih besar dari yang menghantam saya dan menyebabkan pasir pantai dan
debrish air laut tercampur dan mengepul seperti kabut. Bila berada di situ
debrish dan pasir laut akan masuk dan menusuk hidung walaupun kita menahan
nafas dikarenakan tekanan udara yang tinggi.
Waktu menunjukan
sekitar jam 2 siang, semakin ramai orang berdatangan dan ombak juga semakin
tinggi dan sering muncul. Jadi kami sekeluarga memutuskan untuk pulang. Saya
langsung mencari kamar mandi untuk membersihkan pasir dan air laut yang menempel.
Paman saya mengusulkan
untuk pulang jam 15:00 sore. Kami mengemas barang-barang kami lalu berangkat
pulang. Baru saja kami keluar dari gerbang terjadi kemacetan yang sangat
panjang hingga memakan waktu sekitar 5jam. Kami sampai di rumah sekitar jam 22:00.
Sungguh liburan yang menyenangkan.
No comments:
Post a Comment