Monday, 10 October 2016

Berlibur ke Pantai




            Sabtu 26 Juni 2016 keluarga kami berencana pergi tamasya ke salah satu pantai di Banten. Sehari setelah lebaran tepatnya hari jum’at tanggal 7 Juli 2016, ba’da maghrib kami menyiapkan barang – barang yang akan kami bawa. Kami berangkat jam 21:00 malam dengan kendaraan milik bibi saya, kami sengaja berangkat malam untuk menghindari kemacetan. Berangkat dari Bogor dengan perkiraan waktu 3-4 jam sampai tujuan. Dijalan cukup lancar, sehingga cepat sampai tujuan. Sekitar jam 12 malam kami keluar dari tol. Sesampainya di wilayah pesisir Banten, deburan ombak mulai terdengar dan jalanan cukup sepi. 

Saat itu kami belum memutuskan akan pergi ke pantai mana. Karena terdapat banyak pantai di wilayah Banten. Kami melakukan survey malam itu juga, jadi setiap pantai yang kami lewati yang terlihat cocok, kami survey dengan kriteria ombak yang tidak terlalu besar dan berpasir bersih. Jika tempat tersebut dari luar terlihat cocok, mobil kami berhenti dan paman saya yang mensurvey lokasi sambil membawa senter. Sekitar 4 tempat yang kami survey tetapi tidak memenuhi kriteria yang kami inginkan. Sehingga paman saya mengusulkan ke pantai carita, pantai paling ujung wilayah Banten.

Jam menunjukan pukul 12:30 dini hari, sekitar 20 km akan sampai terjadi kemacetan di jalan. Penasaran bercampur bingung dan mobil kami semakin dekat dengan sumber kemacetan, terlihat cahaya biru yang sangat terang dan menyilaukan. Ternyata ada kecelakaan, sebuah bus tergelincir di jalan, hal ini mengakibatkan jalan macet selama hampir 1 jam. Walau dini hari, tetapi cukup banyak kendaraan yang melintas yang menuju lokasi pariwisata atau untuk menyebrang ke Sumatera. Tidak lama kemudian bus tersebut berhasil di tarik dan kemacetan berhasil di atasi, untung saja ada polisi yang selalu siap sedia. 

Semakin dekat dengan tujuan, semakin ramai di jalan. Tidak sedikit mobil dengan plat nomor Jakarta yang terlihat. Melihat kondisi seperti ini membuat paman saya khawatir akan kemacetan yang terjadi saat kami pulang. Karena tidak mau mengambil resiko, mobil kami putar arah dan memutuskan pergi ke salah satu pantai yang telah kami survey sebelumnya. Kami tiba di tempat tujuan sekitar pukul 02:00 dini hari, harga tiket masuk Rp.75.000 per mobil dan segera mencari tempat parkir. Di tempat parkir terlihat cukup banyak mobil dan bus pariwisat. Kami parkir dekat dengan sebuah saung. 

Setelah turun dari mobil bibi saya menggelar tikar dan menyewa saung tersebut. Kami langsung makan setelah itu dikarenakan cukup lama di jalan membuat kami lapar. Kami makan bersama, dengan makanan khas sunda dengan penerangan yang seadanya saat itu. Kami menggunakan lampu mobil dan sebuah lampu emergency yang tidak terlalu terang. Setelah kenyang, taklama setelah itu saya langsung tidur. Dengan beralaskan tikar saya tidur bersama 2 paman saya. Walau suara ombak sangat kecang tetapi kami dapat tidur dengan nyenyak. 

Dekat saung ada pohon yang cukup tinggi dengan daun yang tidak lebat, sambil memandang ke langit, terlihat cahaya bintang dan pohon tersebut terlihat indah. Saya bangun sekitar jam 05:00 kemudian sholat subuh ke masjid yang tidak jauh dari pantai. Pagi itu ombak masih cukup besar, terlihat beberapa orang sedang memancing. 

Setelah sholat subuh kami bercanda ria, sambil duduk di tepi pantai dengan pasir pantai yang halus, dengan suara deburan ombak, dan debrish air laut membuat perasaan begitu tenang dan nyaman. Waktu menunjukan pukul 06:00 ombak mulai tenang, orang-orang mulai berdatangan dan menikmati asyiknya bermain air di pantai. Tak lama kemudian saya mengajak sepupu saya ke tepi. Kami bermain cukup lama, entah kenapa sangat asyik rasanya, padahal kami hanya bermain di tepian. Saat agak lelah saya istirahat sebentar di sebuah saung.

Melihat terdapat penyewaan ban, saya tertarik untuk menyewa 1 buah, dengan harga Rp. 15.000 per buah, kami dapat memakai sepuasnya. Ban yang saya maksud adalah ban dalam truk besar. Karena ukuran bannya besar, muat untuk 2 orang, saya dan sepupu saya memakainya bersamaan. Kami langsung membawanya kebagian tengah yang agak dalam, sekitar 1.5m. Dengan adanya ombak laut kami agak kesulitan untuk menaikinya. Sempat sewaktu itu kami terbalik saat menaiki bannya, sehingga air laut masuk kedalam hidung. Perih dan sakit rasanya. Kami terus bermain hingga tengah hari.

Semakin siang ombak semakin tinggi dan semakin sering datang, tetapi masih dalam batas wajar. Adzan dzhuhur berkumandang, kemudian kami sholat. Setelah itu kami makan siang bersama. Setelah beberapa menit setelah makan, saya langsung bermain lagi.

Cara kami bermain adalah dengan membawa ban ke tengah dan menaikinya sambil menunggu ombak datang. Bila posisi kami terlalu dekat dengan tepi, kami akan terhempas hingga ke bibir pantai dikarenakan ombak cukup tinggi sekitar 2m. Bila kita menjauh dari bibir pantai, ombak laut tersebut hanya berupa gelombang dan tidak menghempaskan, sama halnya seperti suatu kapal menerjang gelombang. Sewaktu itu 1 atau 2 kali kami terhempas hingga berguling sampai ke bibir pantai. Tetapi walau seperti itu, hal ini seru dan menyenangkan. 

Di pantai tersebut terdapat pembatas antara pantai dan laut dalam. Bila ada orang yang melewati pembatas tersebut, penjaga pantai langsung memperingatinya dengan meniup peluit. Jadi saya menjaga batas aman antara bagian tengah dan pembatas. Saat paman saya istirahat, ia menitipkan ban yang ia sewa kepada saya. Jadi saya dan sepupu masing-masing memiliki 1 buah ban. Saya membawanya ke tengah dan menaikinya, kemudian saya mencoba untuk rileks dan memejamkan mata, sungguh enak rasanya bersantai sambil terombang ambing ombak laut. Setelah merasa bosan, saya membawa ban tersebut ke pinggir dan mengembalikannya kepada paman. Kemudian saya menghampiri sepupu saya yang berada di bagian tengah. Sedikit lagi akan sampai, terlihat ombak yang cukup tinggi datang, saya perkirakan tinggi ombak tersebut sekitar 3m. Saya panik dan langsung bergegas menghampiri sepupu saya karena tidak ada waktu lagi untuk berlari ke bibir pantai. saya sampai dan langsung memegang erat bannya. Kemudian sepupu saya berkata ombak yang datang sangat tinggi, kalau kita tetap disini kita akan terhempas. Kami berdua langsung bergegas mendekati ombak besar tersebut. Tetapi orang-orang yang berada di pinggir dan bagian tengah juga ikut panik saat melihat ombak tersebut dan berlari ke bibir pantai untuk menghindari ombak besar ini. Tetapi kami terlambat, padahal sedikit lagi kami berada dalam batas aman. Benar saja ombak tersebut sangat tinggi, saya langsung memegang erat ban. Saya sangat takut saat itu dan memikirkan hal-hal aneh.

Kami berdua terhempas sangat kencang hingga berguling-guling dalam hempasan ombak, entah berapa kali saya berguling, saya tidak sadar hingga tiba-tiba saya berada di tepi pantai yang jaraknya sekitar 4-5m dari bibir pantai. Air laut masuk kedalam hidung saya. Perih, sakit dan pusing. Saya  tercengang terhadap apa yang barusan terjadi. Orang-orang yang terkena hempasan juga merasakan hal yang sama. Sungguh pengalaman yang luar biasa. Setelah saya sadar sepenuhnya saya mencari sepupu saya. Wajah sepupu saya pucat, matanya merah dan mengeluh pusing. Saya lansung mengajak sepupu saya menjauhi tepi pantai. 

Setelah beberapa menit setelah itu saya tidak sengaja melihat luka di tangan. Tangan saya tergores dan luka goresannya cukup lebar dan dalam. Tangan saya langsung perih, padahal sebelum saya melihat lukanya, saya tidak merasakan apa-apa. Saya termenung dan memikirkan benda apa yang menyebabkan luka tersebut. Kemudian saya teringat saat berguling dalam air pentil ban yang menyebabkan goresan di tangan saya. Saya langsung menghiraukan hal ini, karena akan semakin sakit bila dipikirkan. Tidak lama kemudian suara gemuruh terdengar sangat kencang. Ternyata suara tersebut berasal dari ombak besar lain. Saya langsung berlari dan ingin melihatnya dari dekat. Saya tercengang untuk kedua kalinya karena ombak tersebut lebih besar dari yang menghantam saya dan menyebabkan pasir pantai dan debrish air laut tercampur dan mengepul seperti kabut. Bila berada di situ debrish dan pasir laut akan masuk dan menusuk hidung walaupun kita menahan nafas dikarenakan tekanan udara yang tinggi.

Waktu menunjukan sekitar jam 2 siang, semakin ramai orang berdatangan dan ombak juga semakin tinggi dan sering muncul. Jadi kami sekeluarga memutuskan untuk pulang. Saya langsung mencari kamar mandi untuk membersihkan pasir dan air laut yang menempel.

Paman saya mengusulkan untuk pulang jam 15:00 sore. Kami mengemas barang-barang kami lalu berangkat pulang. Baru saja kami keluar dari gerbang terjadi kemacetan yang sangat panjang hingga memakan waktu sekitar 5jam. Kami sampai di rumah sekitar jam 22:00. Sungguh liburan yang menyenangkan.

No comments:

Post a Comment

About Us

Recent

Random