Karakteristik Positif Presiden Soekarno
Fahri Chaerul Fajri
07:43
Soekarno adalah presiden indonesia pertama yang menjadi salah satu pencetus kemerdekaan indonesia, membawa negeri ini menuju kebebasan berbangsa dan bernegara.
Beliau adalah tokoh yang ramah, santun, terhormat namun sederhana. berani bertindak atas dasar keadilan membuat negera indonesia terbebas atas penjajahan dari negara luar tak bertanggung jawab yang ingin menguasai alam indonesia.
Beliau adalah sang proklamator pembela keadilan dan kebenaran atas dasar - dasar kemanusiaan dan peri keadilan menyatakan kepada dunia bahwa kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa, maka tiap bentuk penjajahan harus dihapuskan membebaskan indonesia dan negara-negara terjajah dari jeruji aliansi elite global, kemudian menyatakan indonesia sebagai negara non-blok yang siap senantiasa menjaga perdamaian dunia.
Beliau memiliki banyak kawan namun tak sedikit lawan. Negarawan hebat berjiwa patriot yang cerdik, kharismatik, dan berjiwa seni. membuat orang-orang yang memperhatikannya dapat mengambil hikmah bahwa betapa berharganya arti sebuah kemerdekaan maka dari itu kita harus selalu senantiasa bersyukur dan semangat untuk maju atas bebasnya tanah air dari belenggu penjajah karena kemerdekaan indonesia bukan diberikan penjajah namun membutuhkan pengorbanan yang tidak sedikit melainkan diperoleh dari tumpah darah dan semangat patriotisme rakyat indonesia.
Secara tidak langsung beliau mengajarkan kita untuk ramah kepada setiap individu yang kita temui tanpa melihat latar belakang orang tersebut, bersikap terbuka dan memperhatikan sekitar dan tidak lupa memberikan kesan baik dan berbuat kebaikan kepada orang-orang. karena pada dasarnya jika kita berbuat suatu kebaikan maka akan dibalas kebaikan pula, karena bahwasannya tuhan tidak menyianyiakan perbuatan kita sekecil apapun, bahkan dalam islam perbuatan sekecil biji sawi pun akan dibalas, sesuai dengan firman Allah SWT yang isinya :
“Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar zarrah, dan jika ada kebajikan sebesar zarrah, niscaya Allah akan melipat gandakannya dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar.” (QS An-Nissa : 40)
seperti contohnya pada tahun 1961, ketika Pemimpin tertinggi Partai Komunis Uni Soviet sekaligus penguasa tertinggi Negeri Tirai Besi, Nikita Sergeyevich Khrushchev, merasa sudah menang perang psywar terhadap rivalnya dalam perang dingin, presiden Amerika Serikat John F Kennedy.
Ia memiliki ide untuk mengundang presiden Indonesia Sukarno ke Moskow. Apalagi, saat itu Indonesia berhasil menyandera pilot intelijen Negeri Paman Samuel, Allan Pope. Ia terbukti terlibat dalam pemberontakan mendukung gerakan Permesta di Sulawesi Utara, pada 1958.
Sukarno tidak mau melepaskan pilot bayaran yang pesawatnya ditembak TNI di kawasan Maluku. Kondisi itu dimanfaatkan oleh Kamerad Khrushchev. Setidaknya beliau ingin menunjukkan pengakuan atau deklarasi kepada ‘raja’ kapitalis dan liberalis (AS) itu bahwa Indonesia (ada) berdiri di belakang, Uni Soviet.
“Paduka Yang Mulia, Bung Karno. Kami mengundang yang mulia untuk datang ke Moskow, menjadi tamu kehormatan negara dan bangsa kami,” kata Khruschev, melalui sambungan telepon dalam bahasa Inggris, pada Januari 1961.
Dalam peristiwa yang terjadi 56 tahun lalu itu, Bung Karno memahami betul suasana batin Khruschev. Maka tentu saja presiden soekarno tidak menolak permintaan tersebut. tetapi beliau tidak mau begitu saja memenuhi undangan ke Moskow karena disatu sisi hal ini kurang menguntungkan bagi pihak Indonesa. Ia tidak ingin Negeri Pancasila terjebak dalam perang dingin. Soekarno tidak ingin membawa Indonesia ke dalam situasi yang tidak menguntungkan.
Tidak mau Indonesia dipermainkan oleh negara mana pun, maka putra dari Raden Soekemi Sosrodihardjo dan Ida Ayu Nyoman Rai, mengajukan syarat sebagai balasan dari permintaannya. “Saya mau datang ke Moskow dengan satu syarat mutlak yang harus dipenuhi, Paduka. Tidak boleh tidak, Kamerad.”
Khrushchev balik bertanya, “Apa syarat yang Paduka Presiden ajukan?”
Bung Karno menjawab, “Temukan makam Imam al-Bukhari. Saya sangat ingin menziarahinya.”
presiden uni soviet terheran-heran. “Siapa pula Imam al-Bukhari?” katanya bersungut-sungut kepada ajudannya.
Tak mau membuang waktu, Khrushchev segera memerintahkan pasukan khususnya untuk menemukan makam tersebut. Setelah dicari ke sana ke mari, anak buah pemimpin Negeri Beruang Merah itu mengaku tidak menemukan makam itu.
Selang beberapa hari, ia kembali menghubungi Bung Karno, “Maaf Paduka Presiden, kami tidak berhasil menemukan makam orang yang Paduka cari. Apa Anda berkenan mengganti syarat?”
Di ujung telepon, Bung Karno tersenyum sinis. “Paduka, kalau tidak ditemukan, ya sudah. Saya lebih baik tidak usah datang ke negara Kamerad.”
Jawaban Putra Sang Fajar ini membuat telinga Khrushchev memerah. Khrushchev pun kembali memerintahkan orang-orang nomor satunya langsung menangani masalah ini. “Cari sampai dapat!”
Setelah mengumpulkan informasi dari orang-orang tua Muslim di sekitar Samarkand, anak buah Khrushchev menemukan makam Imam kelahiran Bukhara, 810 Masehi itu. Makamnya dalam kondisi rusak tidak terawat. Imam al-Bukhari memiliki pengaruh besar bagi umat Islam di Indonesia. Ia dimakamkan di Samarkand tahun 870 M.
‘Raja komunis’ itu pun dengan riang kembali menelepon Sukarno dan mengabarkan bahwa makam dimaksud sudah ditemukan, tapi dalam kondisi rusak parah. Presiden Sukarno meminta pemerintah Uni Soviet agar segera memperbaiki dan merawat makam tersebut.
Jika tidak, lanjut Bung Karno, ia menawarkan agar makam tersebut dipindahkan ke Indonesia. Emas seberat makam Imam Bukhari akan diberikan sebagai gantinya.
Khrushchev pun memerintahkan agar makam itu dibersihkan dan dipugar secantik mungkin. Usai renovasi, ia kembali menghubungi Bung Karno. “Baik, saya akan datang ke negara Anda,” jawab Sukarno yang saat itu berusia 60 tahun.
Singkat cerita, setelah mengunjungi Moskow, pada 12 Juni 1961, Bung Karno tiba di Samarkand. Sehari sebelumnya puluhan ribu orang menyambut kehadiran Pemimpin Besar Revolusi Indonesia ini di Kota Tashkent.
Menurut penuturan juru kunci makam imam Bukhari, beliau tiba pada malam hari dan langsung membaca Alquran tidak tidur. Kebaikan di balas dengan kebaikan sejak peristiwa tersebut makam imam Bukhari diketahui keberadaanya oleh dunia namun tertutup untuk dikunjungi, penduduk sekitar makam tersebut hanya membolehkan masyarakat indonesia saja yang dapat berziarah ke makam, subhanallah.
Perbuatan baik Bung Karno kepada umat dengan mengajukan syarat pencarian makam imam bukhari memberikan manfaat kepada masyarakat luas, ini membuktikan perbuatan baik sekecil apapun akan mendapat balasan dari Allah Swt.
Kini, setelah Uni Soviet bubar, wilayah itu menjadi bagian dari Uzbekistan.
Sejak saat itu Indonesia dengan Rusia menjadi sangat dekat (kawan) walau tidak sepenuhnya terlihat relasi tersebut.
Hendaknya kita sebagai masyarakat indonesia patut merasa bangga namun tak lupa bersyukur dengan apa yang telah dilakukan oleh presiden Sukarno. Beliau memberi contoh nyata bahwa dengan melakukan hal yang baik bagi bangsa dan agama balasan dari kebaikan itu tidak hanya kita sendiri yang mendapatkan, tapi juga dapat dirasakan oleh masyarakat luas hingga lintas generasi. Ada baiknya hal itu menjadi pemicu bagi kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
Masih banyak cerita kebaikan yang dapat dicontoh dari perjalanan hidup presiden kita ini yang dapat diambil pelajarannya tetapi kekurangan ada pada diri penulis yang wawasannya sampai sini saja.
Sekian. Wassalamu'alaykum Wr. Wb.
dikutip dari sumber :
https://seword.com/politik/muslim-sejati-yang-terlupakan/
https://youtu.be/7TIUuau5Hnc